Hasan Syahadat

Kamis, 25 September 2014

Melawan Lupa; Tanaman Pusaka Simeulue





Google.com
 Masa keemasan Kabupaten Simeulue dimulai sejak tahuan 80-an, dulunya masih bagian dari Kabupaten Aceh Barat. Kejayaan ini memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat daratan sumatera hingga seantero nusantara. Selain dikenal dengan julukan pulau kelapa, juga di kenal dengan tanama pusakanya yang hampir terbentang luas di setiap pengunangan yang berjeeran di bumi pulau simeulue.

Kurangya informasi publik yang tersedia, sampai hari ini belum ada data luas lahan perkebunan cengkeh di kabupaten simeulue. padahal tanaman pusakan kebanggan warga simeulue, telah di kenal oleh masyarakat luar, mulai tahun 90-an masyarakat luar banyak berdatangan untuk menjadi pemetik cengkeh, tengkulak serta penampuang.

 Mulai era tahun 70-an warga simeulue berbondong-bondong untuk membuka lahan baru, sehingga untuk aktifitas bercocok tanaman padi di kesampingkan, hampir setenga dari mereka lebih memilih untuk membuka lahan perkebunan cengkeh. Menurut banyak pengakuan prosesi pembukaan lahan baru belum menggunakan tenaga mesin, malainkan dengan tenaga kampak. sehingga untuk sebuah pohon kayu yang rindang membutuhkan 2-3 hari. Hutan lindung kabupaten simeulue yang memliki ekosistem Alami ini, di bumihanguskan oleh petani cegkeh pada zamanya, sehingga terlihat pohon tanaman pusaka ini berdiri rindang, menghiasi di setiap sendi pengunungan kepulauan ini.

Masyarakat yang sudah terbiasa naik turun gunung ini, membutuhkan waktu 1-2 jam untuk menempuh perjalanan, belum lagi prosesi pembukaan lahan sampai dengan penamana membutuhkan waktu 2-3 bulan. Pada zamanya masyarakat kepulauan ini rata-rata memiliki lahan. Hutan alami yang di kelola pekebun cengkeh merupakan lahan umum yang sifatnya masih di bebaskan oleh pemerintah setempat, hal ini membuat masyarakat setempat berlombah untuk mengelola lahan kosong ini “siapa cepat dia dapat”. Kebebasan inilalah yang membuat pekebun cengkeh memiliki luas tanah mencapai 2 Ha per/KK.

Menurut pengakuan banyak sumber, petani cengkeh di kepulauan ini, rata-rata memiliki lahan perkebunan yang cukup luas. Masing-masing ada yang memiliki jumlah tanaman 300-1000 batang per KK. Dengan potensi tanah yang  subur bukan tidak mungkin populasi tanaman cengkeh dapat tumbuh subur dengan sendirinya.

Tanaman pusaka ini, masih belum pulih dari ingatan masyarakat luar terhadapatnya, meskipun tanaman pusaka yang dulunya di banggakan ini, di ambang kepunahan yang sudah tidak lagi memiliki jumlah yang banyak serta kondisi tanaman yang subur. Walau demikian persepsi orang banyak terhadapat masyarakat kepulauan masih memiliki kekayaan cengkeh dengan jumlah banyak.

MASA DEGRADASI

Tahun 1975, pasaran harga cengkeh di Simeulue mencapai seribu Rupiah per kilogram. Ledakan harga didorong munculnya pabrik-pabrik rokok kretek di Pulau Jawa. Sehingga warga dikepulauan ini semakin gencar menanam pohon yang bernama latin Syzygium aromaticum ini.

Hingga Pada tahun 90-an, era krisis moneter yang merambah seantero negeri ini, menjadi ancaman besar bagi seluru pekebun cengkeh. Potensi pertanian unggulan kabupaten ini seakan hilang, comoditi unggulan ini tidak lagi menjadi harapan, seakan di rampas oleh penguasa negeri ini, kebijakan pemerintah tidak mampuh menghalau dengan situasi dan kondisi yang sedang terajdi. Betapa tidak hadirnya Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC )sejak tahun 1993.

Badan yang di bentuk dan dipimpin Hutomo Mandala Putra ini memonopoli perdagangan dan harga cengkeh. Melalui BPPC masyarakat petani tidak memiliki pilihan lain selain menjual cengkeh kelembaga besutan milik Tomy Soeharto.
Kehadiran BPPC yang dipimpin putra bungsu Soeharto ini setelah adanya KEPPRES Nomor 20 tahun 1992 tentang tata niaga cengkeh hasil produksi dalam negeri. KEPPRES tadi di pertegas dengan Keputusan Menteri Perdagangan RI Nomor 91/KP/IV/92. (Septian Antoni Wordpress).

Google.com
dengan adanya keputusan terbuka, yang di peruntuhkan untuk semua petanih cengkeh, sudah menjadi ancaman besar bagi petanih. Penurunan harga yang drastis mengakibatkan petani cengkeh kepulauan ini kecewa dan tertekan. Betapa tidak harga cengkeh yang awalanya 8000/ kg turun hingga Rp 1.500-2.500 hal ini di interfensi oleh BPCC mulai pada tahun 1990.

Kehadiran BPPC ini sangat menjadi resiko besar terhadap tanaman pusakan simeulue, sehingga keadaan petanih cengkeh simeulue mengalami keterpurukan yang mendalam. Interfensi yang dilakukan putra suharto ini telah memberikan pengaruh besar sampai dengan hari ini, masyarakat simeulue tidak akan perna melupakan atas kebiajakan yang sewenang-wenang ini.

Efek yang yang akan selalu di ukir oleh tinta sejarah, masih terlihat dan terdengar di mata dan telingan masyarakat kepulauan ini. Drastinyan penurunan harga cengkeh mengakibatkan petani cengkeh simeulue sudah tidak lagi naik turun gunung, tanaman pusaka penghasil uang ini telah di biarakan bersama hutan belantara yang rimbun. Dari sekian ribu Ha lahan perkebunan cengkeh simeulue bila di persentasi dari 85 % hanya tersisah 40 %.

Perkebunan cengkeh yang sudah tidak tumbuh subur ini. Perlahan mati di makan usia, perkebunan cengkeh yang mereka rintis sejak tahun 70-an telah mati suri oleh keluarga pengusasah. Padahal tanaman pusaka warga simeulue ini telah berperan penting menorekan aikon tersendiri terhadap kepulauan ini.

PEMERINTAH HARUS RESPON

Semenjak di tandatanganinnya MoU antara pemerintah kabupaten simeulue dengan PT. Gudang Garam pada september 2013 lalu, sala satu pabrik rokok terbesar di indonesia. Pemkab simeulue menetapkan garis aman harga cengkeh sebesar Rp 61.500 per kilogram. Artinya, bila sewaktu-waktu harga pasar cengkeh jatuh hingga Rp 5.000 per kilogram, PT Gudang Garam tetap membeli seharga Rp 61.000 per kilogram (serambinews.com)

Dengan potensi harga sedemikian petani cengkeh simeulue akan memperoleh keutungan yang cukup memadai, hanya perlu keseriusan pemerintah, serta perhatian penuh terhadap pengambilan keputusan yang tepat dalam hal pendistribusian. penurunan harga hampir terjadi setiap bulan, lihat saja terhitung hingga awal bulan juni 2014 harga cengkeh 130.000.00 per kg, menyusul bulan Juli mengalami penurunan harga menjadi 120.000.00 per Kg, memsuki akhir bulan agustus panen kedua pada tahun 2014 harga cengke mengalami penurunan derastis dengan harga Rp 102.000.00 per Kg, hal ini di sampaikan oleh sejumlah petani cengkeh di kepulauan ini.

Terjadinya permainan harga oleh para tengkulak dan pabrik penampung cengkeh di sebabkan oleh kurangnya kepastian informasi harga yang dapat di percaya. Bagi petani cengkeh kabupaten simeulu,  inilah sumber kehidupan pertanian yang bernilai tinggi yang jarang di temukan di daera-daera lainya. Lantas inilah peran wakil rakya bagaimana cengkeh simeulue tidak menguntungkan bagi pihak penampung, ini bisa dilakukan promosi, uji kelayakan, sosialisai serta lobi-lobi terhadap perusaahan penampung  baik di dalam negeri maupaun perusahaan luar negeri.

Bupati Simeulue, Serambinews.com
Tanaman pusaka inipun telah mendorong kembali para petani untuk membukan lahan baru. Masa kejayaan ini pun telah kembali, lihat saja untuk jumlah hasil distribusi setiap tahunnya kembali mencapai 1.500-2000 ton per tahun, hal ini di aukui oleh sejumlah tengkulal cengkeh.

Pemerintah harus mendukung penuh serta menghindari perminan harga yang yang di lakukan pihak perusahaan penampung, komoditi uatama warga simeulue telah mempuh memuliakan kehidupan perekenomian sejumlah petani cengkeh.

Sewajarnya patut di berikan apresiasi terhadap usaha mereka, yang hari ini masyarakat kepulauan ini, tengah membuka lahan baru, yang apabila di persentase petani cengkeh yang membukan lahan baru mencapai 20 %. Menurut amatan penulis masyarakat yang mulai membuka lahan baru ini, terdapat di sejumlah kecamatan, seperti kecamatan salang, kecamatan simeulue barat, kecamatan alafan, kecamatan simeulue barat serta kecamatan simeulue tenga.

seyogyanya kemauan serta komitmen mereka datang sendirinya, terlebi lagi bila adanya dukungan  penuh dari pemerintah dengan blusukan di setiap kecamatan  dalam  upaya memberikan motifasi, penyuluhan serta sosialisai menjadi petani cengkeh yang produktif. sesungguhnya petani cengkeh simeulue menanti hal ini. Smoga.!

2 komentar:

  1. setujuh ahi, kebetulan bungo lawang kita di kop2 trus, pemkab hanya mlihat sebela mata,

    BalasHapus