Google.com |
Masa keemasan
Kabupaten Simeulue dimulai sejak tahuan 80-an, dulunya masih bagian dari Kabupaten Aceh Barat. Kejayaan ini memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat
daratan sumatera hingga seantero nusantara. Selain dikenal dengan julukan pulau
kelapa, juga di kenal dengan tanama pusakanya yang hampir terbentang luas di
setiap pengunangan yang berjeeran di bumi pulau simeulue.
Kurangya
informasi publik yang tersedia, sampai hari ini belum ada data luas lahan
perkebunan cengkeh di kabupaten simeulue. padahal tanaman pusakan kebanggan
warga simeulue, telah di kenal oleh masyarakat luar, mulai tahun 90-an
masyarakat luar banyak berdatangan untuk menjadi pemetik cengkeh, tengkulak
serta penampuang.
Mulai era
tahun 70-an warga simeulue berbondong-bondong untuk membuka lahan baru,
sehingga untuk aktifitas bercocok tanaman padi di kesampingkan, hampir setenga
dari mereka lebih memilih untuk membuka lahan perkebunan cengkeh. Menurut
banyak pengakuan prosesi pembukaan lahan baru belum menggunakan tenaga mesin,
malainkan dengan tenaga kampak. sehingga untuk sebuah pohon kayu yang rindang
membutuhkan 2-3 hari. Hutan lindung kabupaten simeulue yang memliki ekosistem
Alami ini, di bumihanguskan oleh petani cegkeh pada zamanya, sehingga terlihat
pohon tanaman pusaka ini berdiri rindang, menghiasi di setiap sendi pengunungan
kepulauan ini.
Masyarakat yang
sudah terbiasa naik turun gunung ini, membutuhkan waktu 1-2 jam untuk menempuh
perjalanan, belum lagi prosesi pembukaan lahan sampai dengan penamana
membutuhkan waktu 2-3 bulan. Pada zamanya masyarakat kepulauan ini rata-rata
memiliki lahan. Hutan alami yang di kelola pekebun cengkeh merupakan lahan umum
yang sifatnya masih di bebaskan oleh pemerintah setempat, hal ini membuat
masyarakat setempat berlombah untuk mengelola lahan kosong ini “siapa cepat
dia dapat”. Kebebasan inilalah yang membuat pekebun cengkeh memiliki luas
tanah mencapai 2 Ha per/KK.
Menurut pengakuan
banyak sumber, petani cengkeh di kepulauan ini, rata-rata memiliki lahan
perkebunan yang cukup luas. Masing-masing ada yang memiliki jumlah tanaman
300-1000 batang per KK. Dengan potensi tanah yang subur bukan tidak
mungkin populasi tanaman cengkeh dapat tumbuh subur dengan sendirinya.
Tanaman pusaka
ini, masih belum pulih dari ingatan masyarakat luar terhadapatnya, meskipun
tanaman pusaka yang dulunya di banggakan ini, di ambang kepunahan yang sudah
tidak lagi memiliki jumlah yang banyak serta kondisi tanaman yang subur. Walau
demikian persepsi orang banyak terhadapat masyarakat kepulauan masih memiliki
kekayaan cengkeh dengan jumlah banyak.
MASA DEGRADASI
Tahun 1975,
pasaran harga cengkeh di Simeulue mencapai seribu Rupiah per kilogram. Ledakan
harga didorong munculnya pabrik-pabrik rokok kretek di Pulau Jawa. Sehingga
warga dikepulauan ini semakin gencar menanam pohon yang bernama latin Syzygium
aromaticum ini.
Hingga Pada
tahun 90-an, era krisis moneter yang merambah seantero negeri ini, menjadi
ancaman besar bagi seluru pekebun cengkeh. Potensi pertanian unggulan kabupaten
ini seakan hilang, comoditi unggulan ini tidak lagi menjadi harapan, seakan di
rampas oleh penguasa negeri ini, kebijakan pemerintah tidak mampuh menghalau dengan
situasi dan kondisi yang sedang terajdi. Betapa tidak hadirnya Badan Penyangga
dan Pemasaran Cengkeh (BPPC )sejak tahun 1993.
Badan yang di
bentuk dan dipimpin Hutomo Mandala Putra ini memonopoli perdagangan dan harga cengkeh.
Melalui BPPC masyarakat petani tidak memiliki pilihan lain selain menjual
cengkeh kelembaga besutan milik Tomy Soeharto.
Kehadiran BPPC
yang dipimpin putra bungsu Soeharto ini setelah adanya KEPPRES Nomor 20 tahun
1992 tentang tata niaga cengkeh hasil produksi dalam negeri. KEPPRES tadi di
pertegas dengan Keputusan Menteri Perdagangan RI Nomor 91/KP/IV/92. (Septian
Antoni Wordpress).
Google.com |
dengan adanya
keputusan terbuka, yang di peruntuhkan untuk semua petanih cengkeh, sudah
menjadi ancaman besar bagi petanih. Penurunan harga yang drastis mengakibatkan
petani cengkeh kepulauan ini kecewa dan tertekan. Betapa tidak harga cengkeh
yang awalanya 8000/ kg turun hingga Rp 1.500-2.500 hal ini di interfensi oleh
BPCC mulai pada tahun 1990.
Kehadiran BPPC
ini sangat menjadi resiko besar terhadap tanaman pusakan simeulue, sehingga
keadaan petanih cengkeh simeulue mengalami keterpurukan yang mendalam.
Interfensi yang dilakukan putra suharto ini telah memberikan pengaruh besar
sampai dengan hari ini, masyarakat simeulue tidak akan perna melupakan atas
kebiajakan yang sewenang-wenang ini.
Efek yang yang
akan selalu di ukir oleh tinta sejarah, masih terlihat dan terdengar di mata
dan telingan masyarakat kepulauan ini. Drastinyan penurunan harga cengkeh mengakibatkan
petani cengkeh simeulue sudah tidak lagi naik turun gunung, tanaman pusaka
penghasil uang ini telah di biarakan bersama hutan belantara yang rimbun. Dari
sekian ribu Ha lahan perkebunan cengkeh simeulue bila di persentasi dari 85 %
hanya tersisah 40 %.
Perkebunan
cengkeh yang sudah tidak tumbuh subur ini. Perlahan mati di makan usia,
perkebunan cengkeh yang mereka rintis sejak tahun 70-an telah mati suri oleh
keluarga pengusasah. Padahal tanaman pusaka warga simeulue ini telah berperan
penting menorekan aikon tersendiri terhadap kepulauan ini.
PEMERINTAH
HARUS RESPON
Semenjak di
tandatanganinnya MoU antara pemerintah kabupaten simeulue dengan PT. Gudang
Garam pada september 2013 lalu, sala satu pabrik rokok terbesar di indonesia.
Pemkab simeulue menetapkan garis aman harga cengkeh sebesar Rp 61.500 per
kilogram. Artinya, bila sewaktu-waktu harga pasar cengkeh jatuh hingga Rp 5.000
per kilogram, PT Gudang Garam tetap membeli seharga Rp 61.000 per kilogram (serambinews.com)
Dengan potensi
harga sedemikian petani cengkeh simeulue akan memperoleh keutungan yang cukup
memadai, hanya perlu keseriusan pemerintah, serta perhatian penuh terhadap
pengambilan keputusan yang tepat dalam hal pendistribusian. penurunan harga
hampir terjadi setiap bulan, lihat saja terhitung hingga awal bulan juni 2014
harga cengkeh 130.000.00 per kg, menyusul bulan Juli mengalami penurunan harga
menjadi 120.000.00 per Kg, memsuki akhir bulan agustus panen kedua pada tahun
2014 harga cengke mengalami penurunan derastis dengan harga Rp 102.000.00 per
Kg, hal ini di sampaikan oleh sejumlah petani cengkeh di kepulauan ini.
Terjadinya
permainan harga oleh para tengkulak dan pabrik penampung cengkeh di sebabkan
oleh kurangnya kepastian informasi harga yang dapat di percaya. Bagi petani
cengkeh kabupaten simeulu, inilah sumber kehidupan pertanian yang
bernilai tinggi yang jarang di temukan di daera-daera lainya. Lantas inilah
peran wakil rakya bagaimana cengkeh simeulue tidak menguntungkan bagi pihak
penampung, ini bisa dilakukan promosi, uji kelayakan, sosialisai serta
lobi-lobi terhadap perusaahan penampung baik di dalam negeri maupaun
perusahaan luar negeri.
Bupati Simeulue, Serambinews.com |
Tanaman pusaka
inipun telah mendorong kembali para petani untuk membukan lahan baru. Masa
kejayaan ini pun telah kembali, lihat saja untuk jumlah hasil distribusi setiap
tahunnya kembali mencapai 1.500-2000 ton per tahun, hal ini di aukui oleh
sejumlah tengkulal cengkeh.
Pemerintah
harus mendukung penuh serta menghindari perminan harga yang yang di lakukan
pihak perusahaan penampung, komoditi uatama warga simeulue telah mempuh
memuliakan kehidupan perekenomian sejumlah petani cengkeh.
Sewajarnya
patut di berikan apresiasi terhadap usaha mereka, yang hari ini masyarakat
kepulauan ini, tengah membuka lahan baru, yang apabila di persentase petani
cengkeh yang membukan lahan baru mencapai 20 %. Menurut amatan penulis
masyarakat yang mulai membuka lahan baru ini, terdapat di sejumlah kecamatan,
seperti kecamatan salang, kecamatan simeulue barat, kecamatan alafan, kecamatan
simeulue barat serta kecamatan simeulue tenga.
seyogyanya
kemauan serta komitmen mereka datang sendirinya, terlebi lagi bila adanya
dukungan penuh dari pemerintah dengan blusukan di setiap kecamatan
dalam upaya memberikan motifasi, penyuluhan serta sosialisai
menjadi petani cengkeh yang produktif. sesungguhnya petani cengkeh simeulue
menanti hal ini. Smoga.!
Mantap Ahi, Kita Lanjutkan
BalasHapussetujuh ahi, kebetulan bungo lawang kita di kop2 trus, pemkab hanya mlihat sebela mata,
BalasHapus